Genetika (dari bahasa Yunaniγέννω
atau genno yang berarti "melahirkan") merupakan cabang biologi yang
penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan
sifat dan variasi sifat pada organisme
maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Ada pula yang dengan singkat
mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen. Nama "genetika"
diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada
Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906.
Bidang kajian genetika
dimulai dari wilayah molekular hingga
populasi (lihat entri biologi). Secara lebih
rinci, genetika berusaha menjelaskan
·material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),
·bagaimana
informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan genetik).
Meskipun orang biasanya menetapkan genetika
dimulai dengan ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel
pada tahun 1900, sebetulnya kajian genetika sudah dikenal sejak masa prasejarah, seperti domestikasi dan
pengembangan trah-trah murni (pemuliaan)
ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur
dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu
yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji
orang sebelum itu. Kala itu, kajian semacam ini disebut "ilmu
pewarisan" atau
Secara garis besar,
peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya,
DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi
setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak
termasuk organisme) seperti HIV
(Human Immunodeficiency Virus).
Struktur
DNA merupakan polimer
yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu gugus fosfat, gula deoksiribosa,
dan basa nitrogen. Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut
dinamakan nukleotida,
sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.
Rantai DNA memiliki
lebar 22-24 Å, sementara panjang satu unit nukleotida
3,3 Å Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan
nukleotida yang terangkai seperti rantai. Misalnya, kromosom terbesar pada
manusia terdiri atas 220 juta nukleotida
Struktur
untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa (adenin dengan timin dan
guanin dengan sitosin) yang membentuk DNA beruntai ganda.
Rangka utama untai
DNA terdiri dari gugus fosfat
dan gula
yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa
(berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung
dengan fosfat melalui
ikatan fosfodiester antara
atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon kelima pada gula
lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah gula penyusunnya; gula
RNA adalah ribosa.
DNA terdiri atas dua
untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda. Pada
struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan
dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel.
Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa
nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai
pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang
terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang ditemukan pada DNA adalah adenin (dilambangkan
A), sitosin
(C, dari cytosine), guanin (G), dan timin (T). Adenin
berikatan hidrogen dengan timin, sedangkan guanin berikatan dengan sitosin.
Fungsi biologis
Replikasi
Pada
replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida pada DNA
yang digandakan.
Replikasi
merupakan proses pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini diperlukan ketika sel
akan membelah diri. Pada setiap
sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri harus disertai
dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi genetik yang
sama. Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari
dua rantai dan rantai yang satu merupakan "konjugat" dari rantai
pasangannya. Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu rantai, maka
susunan rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk. Ada beberapa teori yang
mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini terjadi. Salah satu
teori yang paling populer menyatakan bahwa pada masing-masing DNA baru yang
diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan rantai DNA
dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan rantai yang
baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut
bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya.
Proses replikasi
memerlukan protein atau enzim
pembantu; salah satu yang terpenting dikenal dengan nama DNA polimerase, yang
merupakan enzim pembantu pembentukan rantai DNA baru yang merupakan suatu polimer.
Proses replikasi diawali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik
tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh
beberapa jenis protein yang dapat mengenali titik-titik tersebut, dan juga
protein yang mampu membuka pilinan rantai DNA. Setelah cukup ruang terbentuk
akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat diri pada
kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan
rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA polimerase
mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi
rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini berlanjut
sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
Proses replikasi DNA
ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses sintesis rantai DNA baru
memiliki suatu mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan pemasukan monomer
yang dapat berakibat fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya
kesalahan sintesis amatlah kecil.
Penggunaan DNA dalam teknologi
DNA dalam forensik
Ilmuwan forensik dapat
menggunakan DNA yang terletak dalam darah,
semen, kulit, liur atau rambut yang tersisa
di tempat kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka,
sebuah proses yang disebut fingerprinting
genetika atau pemrofilan DNA (DNA profiling). Dalam
pemrofilan DNA panjang relatif dari bagian DNA yang berulang seperti short tandem repeats dan minisatelit, dibandingkan.
Pemrofilan DNA dikembangkan pada 1984
oleh genetikawan Inggris Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, dan
pertama kali digunakan untuk mendakwa Colin Pitchfork pada 1988 dalam kasus pembunuhan Enderby di Leicestershire,
Inggris.
Banyak yurisdiksi membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk
menyediakan sebuah contoh DNA untuk dimasukkan ke dalam database
komputer. Hal ini telah membantu investigator menyelesaikan kasus lama di mana
pelanggar tidak diketahui dan hanya contoh DNA yang diperoleh dari tempat
kejadian (terutama dalam kasus perkosaan antar orang tak dikenal). Metode ini adalah salah
satu teknik paling terpercaya untuk mengidentifikasi seorang pelaku kejahatan,
tetapi tidak selalu sempurna, misalnya bila tidak ada DNA yang dapat diperoleh,
atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak orang.
DNA dalam komputasi
DNA memainkan peran
penting dalam ilmu komputer, baik sebagai masalah riset dan sebagai sebuah
cara komputasi.
Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan
kejadian dari urutan huruf di dalam urutan huruf yang lebih besar, dimotivasi sebagian
oleh riset DNA, dimana algoritma ini digunakan untuk mencari urutan tertentu
dari nukleotida dalam sebuah urutan yang besar. Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan
algoritma sederhana untuk maslah ini biasanya mencukupi, tetapi urutan DNA
menyebabkan algoritma-algoritma ini untuk menunjukkan sifat
kasus-mendekati-terburuk dikarenakan jumlah kecil dari karakter yang berbeda.
Teori database
juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang memiliki masalah khusus untuk
menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan untuk riset DNA
disebut database genomik, dam
harus menangani sejumlah tantangan teknis yang unik yang dihubungkan dengan
operasi pembandingan kira-kira, pembandingan urutan, mencari pola yang
berulang, dan pencarian homologi.
Sejarah
DNA pertama kali
berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen,
Jerman,
yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Namun
demikian, penelitian terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal
abad 20, bersamaan dengan ditemukannya postulat genetika Mendel.
DNA dan protein
dianggap dua molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis
berdasarkan teori tersebut.
Dua eksperimen pada
dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi genetik. Dalam penelitian
oleh Avery dan rekan-rekannya,
ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal men-transform sel bakteri
lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen yang dilakukan Hershey
dan Chase membuktikan hal yang
sama dengan menggunakan pencari jejak
radioaktif (radioactive tracers).
Misteri yang belum
terpecahkan ketika itu adalah: bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu
bertugas sebagai materi genetik? Persoalan ini dijawab oleh Francis Crick
dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar-x DNA oleh Maurice Wilkins
dan Rosalind Franklin. Crick, Watson, dan Wilkins
mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini.
Franklin, karena sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi hadiah
ini.